23 November 2010

Hadiah terindah dari Allah SWT

Sudah hampir tiga minggu ini, kondisi kesehatan ku menurun. Mulai dari perutku yang terasa tidak nyaman, merasa mual, muntah-muntah, lemas seperti tak bertenaga, pusing dan ngilu disekujur tubuhku. Otomatis, dikarenakan penyakitku itu, aku tidak bisa melakukan kegiatan rumah tangga seperti biasanya. Aku hanya bisa memasak masakan seadanya, semampunya badanku. Tapi jika aku benar-benar tidak kuat dan merasa tidak ada tenaga sama sekali, suamiku akan membelikan makanan di luar. Kasihan aku melihat suami dan anak-anakku "jajan" di luar. Tapi apa daya.....badanku tidak bisa diajak kompromi. Sebenarnya....disini aku tidak ingin berkeluh kesah mengenai penyakitku, toh juga pasti akan sembuh dengan sendirinya. Aku hanya ingin menceritakan sebuah kejadian, di pagi hari, yang membuat hatiku sangat tersentuh dan selalu mengucapkan syukur atas hadiah terindah yang Allah berikan untukku.
Pagi itu, tepatnya hari Selasa, kondisi tubuhku tetap belum membaik, meskipun sudah minum obat yang telah diberikan oleh dokter. Bangun di pagi hari, tidak membuat badanku merasa segar. Aku masih merasa, tubuhku sangat lemas, tidak bertenaga dan sakit kepala. Terpaksa aku hanya tiduran di atas tempat tidur saja. Saat itu, suamiku sudah berangkat ke kantor dan anakku yang besar, Akbar, panggilan sayang kami untuk dia, tidak pergi ke sekolah, karena kami bangun kesiangan :P Hari telah menunjukkan pukul 10 pagi. Saat itu, aku belum juga beranjak dari tempat tidurku. Aku masih berbaring, sambil berharap kondisi tubuhku segera membaik. Ternyata, anakku yang paling kecil, Emiershah, merengek-rengek, mungkin karena perutnya lapar, karena memang dari tadi, dia belum sarapan, dan perutnya hanya di isi dgn air susuku. Karena kondisi tubuhku masih terasa tidak enak, aku hanya mendiamkan anakku yang bungsu, sehingga dia terus menangis. Tidak lama kemudian, Akbar, menawarkan ku roti beserta teh manis. Dia bilang "bunda, mau gak kakak Akbar bikinin teh sama roti?" ya Allah, terharu sekali aku mendengarnya. Dia tersentuh untuk membantuku, menyiapkan sarapan untukku dan adiknya. Tidak lama kemudian, Akbar kembali lagi sambil membawakan roti yang sudah diolesi mentega dan meses, beserta teh hangat. Tak lupa, dia juga membuatkan roti untuk adiknya, Emiershah. Aku peluk Akbar, sambil mengucapkan terima kasih dan mengatakan kepada dia, betapa beruntungnya bunda memiliki anak seperti kakak Akbar. Dia tersenyum mendengar ucapannya. Kemudian dia berkata lagi " tadinya, teh nya kakak cicipin, tapi airnya panas. trus kakak tambahin air dingin, jadi teh nya anget bunda". Ya Allah.......sungguh aku sangat terharu mendengarnya. Usianya baru 5 tahun, tapi dia sudah memiliki inisiatif seperti itu.
Rasanya aku tidak pernah berhenti untuk mengucap syukur atas hadiah terindah yang Engkau telah berikan kepadaku dan suamiku. Kedua anak yang dapat menyenangkan hati kedua orangtuanya. Sungguh.....aku sangat terharu dengan kejadian pagi itu. dan selalu berbekas di ingatanku. Segera setelah suamiku pulang dari kantor, aku ceritakan kejadian itu ke suamiku. Dengan senyumannya, suamiku bilang "makanya, Akbar tuh jangan sering dimarahin" T_T Maafin bunda yah kak, jika bunda tidak sabar dalam menghadapi tingkah laku kalian berdua. Bunda lagi belajar menjadi orang sabar, sabar menghadapi kalian, sabar menghadapi ayah kalian dan sabar dalam menghadapi semuanya. Doakan bunda yah sayang........Bunda sangat sangat sangat menyayangi kalian.

23 September 2010

Kisah Meja Kayu


Suatu ketika, ada seorang kakek yang harus tinggal dengan anaknya. Selain itu, tinggal pula menantu, dan anak mereka yang berusia 6 tahun. Tangan orangtua ini begitu rapuh, dan sering bergerak tak menentu. Penglihatannya buram, dan cara berjalannya pun ringkih. Keluarga itu biasa makan bersama di ruang makan. Namun, sang orangtua yang pikun ini sering mengacaukan segalanya. Tangannya yang bergetar dan mata yang rabun, membuatnya susah untuk menyantap makanan. Sendok dan garpu kerap jatuh ke bawah. Saat si kakek meraih gelas, segera saja susu itu tumpah membasahi taplak.

Anak dan menantunya pun menjadi gusar. Mereka merasa direpotkan dengan semua ini. “Kita harus lakukan sesuatu, ” ujar sang suami. “Aku sudah bosan membereskan semuanya untuk pak tua ini.” Lalu, kedua suami-istri ini pun membuatkan sebuah meja kecil di sudut ruangan. Disana, sang kakek akan duduk untuk makan sendirian, saat semuanya menyantap makanan. Karena sering memecahkan piring, keduanya juga memberikan mangkuk kayu untuk si kakek.

Sering, saat keluarga itu sibuk dengan makan malam mereka, terdengar isak sedih dari sudut ruangan. Ada airmata yang tampak mengalir dari gurat keriput si kakek. Namun, kata yang keluar dari suami-istri ini selalu omelan agar ia tak menjatuhkan makanan lagi. Anak mereka yang berusia 6 tahun memandangi semua dalam diam.

Suatu malam, sebelum tidur, sang ayah memperhatikan anaknya yang sedang memainkan mainan kayu. Dengan lembut ditanyalah anak itu. “Kamu sedang membuat apa?”. Anaknya menjawab, “Aku sedang membuat meja kayu buat ayah dan ibu untuk makan saatku besar nanti. Nanti, akan kuletakkan di sudut itu, dekat tempat kakek biasa makan.” Anak itu tersenyum dan melanjutkan pekerjaannya.

Jawaban itu membuat kedua orangtuanya begitu sedih dan terpukul. Mereka tak mampu berkata-kata lagi. Lalu, airmatapun mulai bergulir dari kedua pipi mereka. Walau tak ada kata-kata yang terucap, kedua orangtua ini mengerti, ada sesuatu yang harus diperbaiki. Malam itu, mereka menuntun tangan si kakek untuk kembali makan bersama di meja makan. Tak ada lagi omelan yang keluar saat ada piring yang jatuh, makanan yang tumpah atau taplak yang ternoda. Kini, mereka bisa makan bersama lagi di meja utama.


Pesan Moral:

Anak adalah cerminan dari kita. Mata mereka akan selalu mengamati, telinga mereka akan selalu menyimak, dan pikiran mereka akan selalu mencerna setiap hal yang kita lakukan. Mereka ada peniru. Jika mereka melihat kita memperlakukan orang lain dengan sopan, hal itu pula yang akan dilakukan oleh mereka saat dewasa kelak.

Orangtua yang bijak, akan selalu menyadari, bahwa setiap “bangunan jiwa” yang disusun adalah pondasi yang kekal buat masa depan anak-anak. Karena itu, mari susun bangunan itu dengan bijak. Berbuat baik pada orang lain, sama dengan tabungan masa depan.


Sumber: Conectique, Connecting Women

22 September 2010

Cinta dan Kehidupan

Sumber: Conectique, connecting women

Plato bertanya akan cinta dan kehidupan …

Suatu hari, Plato bertanya pada gurunya, “Apa itu cinta? Bagaimana saya menemukannya? Gurunya menjawab, “Ada ladang gandum yang luas didepan sana. Berjalanlah kamu dan tanpa boleh mundur kembali, kemudian ambillah satu saja ranting. Jika kamu menemukan ranting yang kamu anggap paling menakjubkan, artinya kamu telah menemukan cinta” .

Plato pun berjalan, dan tidak seberapa lama, dia kembali dengan tangan kosong, tanpa membawa apapun.

Gurunya bertanya, “Mengapa kamu tidak membawa satupun ranting?” Plato menjawab, “Aku hanya boleh membawa satu saja,dan saat berjalan tidak boleh mundur kembali (berbalik)”.

Sebenarnya aku telah menemukan yang paling menakjubkan, tapi aku tak tahu apakah ada yang lebih menakjubkan lagi di depan sana, jadi tak kuambil ranting tersebut. Saat kumelanjutkan berjalan lebih jauh lagi, baru kusadari bahwa ranting-ranting yang kutemukan kemudian tak sebagus ranting yang tadi, jadi tak kuambil sebatangpun pada akhirnya”.

Gurunya kemudian menjawab ” Jadi ya itulah cinta”

Di hari yang lain, Plato bertanya lagi pada gurunya,”Apa itu perkawinan? Bagaiman a saya bisa menemukannya?” Gurunya pun menjawab “Ada hutan yang subur didepan sana. Berjalanlah tanpa boleh mundur kembali (menoleh) dan kamu hanya boleh menebang satu pohon saja. Dan tebanglah jika kamu menemukan pohon yang paling tinggi, karena artinya kamu telah menemukan apa itu perkawinan”.

Plato pun berjalan, dan tidak seberapa lama, dia kembali dengan membawa pohon. Pohon tersebut bukanlah pohon yang segar/subur, dan tidak juga terlalu tinggi. Pohon itu biasa-biasa saja.

Gurunya bertanya, “Mengapa kamu memotong pohon yang seperti itu?” Plato pun menjawab, “sebab berdasarkan pengalamanku sebelumnya, setelah menjelajah hampir setengah hutan, ternyata aku kembali dengan tangan kosong. Jadi dikesempatan ini, aku lihat pohon ini, dan kurasa tidaklah buruk-buruk amat, jadi kuputuskan untuk menebangnya dan membawanyakesini. Aku tidak mau menghilangkan kesempatan untuk mendapatkannya”

Gurunya pun kemudian menjawab, “Dan ya itulah perkawinan”.

=======================================
Pesan Moral :

Cinta itu semakin dicari, maka semakin tidak ditemukan. Cinta adanya di dalam lubuk hati, ketika dapat menahan keinginan dan harapan yang lebih. Ketika pengharapan dan keinginan yang berlebih akan cinta, maka yang didapat adalah kehampaan… tiada sesuatupun yang didapat, dan tidak dapat dimundurkan kembali. Waktu dan masa tidak dapat diputar mundur. Terimalah cinta apa adanya.

Pernikahan adalah kelanjutan dari Cinta. Adalah proses mendapatkan kesempatan, ketika kita mencari yang terbaik diantara pilihan yang ada, maka akan mengurangi kesempatan untuk mendapatkannya. Ketika kesempurnaan ingin kita dapatkan, maka sia-sialah waktumu dalam mendapatkan pernikahan itu, karena sebenarnya kesempurnaan itu hampa adanya.


Cinta Ada Di Mata Perempuan

Sumber: Conectique, connecting women


Seorang anak laki-laki kecil bertanya pada ibunya

"Mengapa ibu menangis?"
"Karena aku perempuan," jawab ibu.
"Aku tidak mengerti", kata anak laki-laki itu.
Ibu lalu memeluk anaknya dan berkata,
"Dan kau tak akan pernah mengerti".

Kemudian anak laki-laki itu bertanya kepada ayahnya,
"Mengapa ibu suka menangis tanpa alasan?"
"Semua perempuan menangis tanpa alasan", hanya itu yang dapat dikatakan oleh ayahnya.

Anak itu pun tumbuh menjadi seorang laki-laki dewasa, dan ia tetap ingin tahu mengapa perempuan menangis. Akhirnya ia menghubungi Tuhan, dan bertanya, "Tuhan, mengapa perempuan sangat mudah menangis?"

Tuhan berkata:
"Ketika Aku menciptakan perempuan, ia diharuskan untuk menjadi sosok yang istimewa.
Aku membuat bahunya cukup kuat untuk menopang dunia; namun, cukup lembut untuk memberikan kenyamanan. Aku memberikannya kekuatan dari dalam untuk mampu melahirkan anak dan menerima penolakan yang seringkali datang dari anak-anaknya.

"Aku memberinya kekerasan untuk membuatnya tetap tegar ketika orang-orang lain menyerah, dan mengasuh keluarganya dengan penderitaan dan kelelahan tanpa mengeluh.

"Aku memberinya kepekaan untuk mencintai anak-anaknya dalam setiap keadaan, bahkan ketika anaknya bersikap sangat menyakiti hatinya.

"Aku memberinya kekuatan untuk mendukung suaminya dalam kegagalan dan melengkapi dengan tulang rusuk suaminya untuk melindungi hatinya.

"Aku memberinya kebijaksanaan untuk mengetahui bahwa seorang suami yang baik takkan pernah menyakitinya, tetapi kadang menguji kekuatan dan ketetapan hatinya untuk berada di sisi suaminya tanpa ragu.

"Dan akhirnya, Aku memberinya air mata untuk diteteskan. Ini adalah khusus miliknya untuk digunakan kapan pun ia butuhkan.

"Kau tahu, kecantikan perempuan bukanlah pakaian yang dikenakannya, sosok yang ia tampilkan, atau cara ia menata rambutnya.

"Kecantikan perempuan harus dilihat dari matanya, karena itulah pintu hatinya - tempat cinta berada."

EMANSIPASI PRIA, ANTARA AKU, TUHANKU, DAN ISTRIKU


Seorang lelaki berdoa: "Oh Tuhan, saya tidak terima. Saya bekerja begitu keras di kantor, sementara istri saya enak-enakan di rumah. Saya ingin memberinya pelajaran, tolonglah ubahlah saya menjadi istri dan ia menjadi suami."

Tuhan merasa simpati dan mengabulkan doanya. Keesokan paginya, lelaki yang telah berubah wujud menjadi istri tersebut, terbangun dan cepat-cepat ke dapur menyiapkan sarapan. Kemudian membangunkan kedua anaknya untuk bersiap-siap ke sekolah.

Kemudian ia mengumpulkan dan memasukkan baju-baju kotor ke dalam mesin cuci. Setelah suami dan anak pertamanya berangkat, ia mengantar anaknya yang kecil ke sekolah taman kanak-kanak.

Pulang dari sekolah TK, ia mampir ke pasar untuk belanja. Sesampainya di rumah, setelah menolong anaknya ganti baju, ia menjemur pakaian dan kemudian memasak untuk makan siang.

Selesai memasak, ia mencuci piring-piring bekas makan pagi dan peralatan yang telah dipakai memasak. Begitu anaknya yang pertama pulang, ia makan siang bersama kedua anaknya.

Tiba-tiba ia teringat ini hari terakhir membayar listrik dan telepon. Disuruhnya kedua anaknya untuk tidur siang dan cepat-cepat ia pergi ke bank terdekat untuk membayar tagihan tersebut.

Pulang dari bank ia menyetrika baju sambil nonton televisi. Sore harinya ia menyiram tanaman di halaman, kemudian memandikan anak-anak. Setelah itu membantu mereka belajar dan mengerjakan PR. Jam sembilan malam ia sangat kelelahan dan tidur terlelap. Tentu masih ada'pekerjaan- pekerjaan kecil lainnya' yang harus dikerjakan.

Dua hari menjalani peran sebagai istri ia tak tahan lagi. Sekali lagi ia berdoa, "Ya Tuhan, ampuni aku. Ternyata aku salah. Aku tak kuat lagi menjalani peran sebagai istri. Tolong kembalikan aku menjadi suami lagi."

Tuhan menjawab:

"Bisa saja. Tapi kamu harus menunggu sembilan bulan, karena saat ini kamu sedang hamil."


Sumber : Rachel - ILoveBlue.com

27 May 2010

PUISI BJ HABIBIE UNTUK ALMARHUMAH ISTRINYA

Hari ini beredar dari email ke email.
Entah betul atau tidak.
tapi karena bagus, saya tampilkan disini (aku juga dapet email dari tante ani, mama astrid).
isi suratnya bagus banget dan sangat menyentuh hati. Makanya aku selipin deh di diary bunda :)

Puisi BJ Habibie utk almarhum istrinya


Sebenarnya ini bukan tentang kematianmu, bukan itu.

Karena, aku tahu bahwa semua yang ada pasti menjadi tiada pada akhirnya,

dan kematian adalah sesuatu yang pasti,

dan kali ini adalah giliranmu untuk pergi, aku sangat tahu itu.


Tapi yang membuatku tersentak sedemikian hebat,

adalah kenyataan bahwa kematian benar-benar dapat memutuskan kebahagiaan dalam diri seseorang, sekejap saja, lalu rasanya mampu membuatku menjadi nelangsa setengah mati, hatiku seperti tak di tempatnya, dan tubuhku serasa kosong melompong, hilang isi.

Kau tahu sayang, rasanya seperti angin yang tiba-tiba hilang berganti kemarau gersang.

Pada airmata yang jatuh kali ini, aku selipkan salam perpisahan panjang,

pada kesetiaan yang telah kau ukir, pada kenangan pahit manis selama kau ada,

aku bukan hendak megeluh, tapi rasanya terlalu sebentar kau disini.

Mereka mengira aku lah kekasih yang baik bagimu sayang,

tanpa mereka sadari, bahwa kaulah yang menjadikan aku kekasih yang baik.

mana mungkin aku setia padahal memang kecenderunganku adalah mendua, tapi kau ajarkan aku kesetiaan, sehingga aku setia, kau ajarkan aku arti cinta, sehingga aku mampu mencintaimu seperti ini.

Selamat jalan,

Kau dari-Nya, dan kembali pada-Nya,

kau dulu tiada untukku, dan sekarang kembali tiada.

selamat jalan sayang,

cahaya mataku, penyejuk jiwaku,

selamat jalan,

calon bidadari surgaku ....



BJ.HABIBIE
Powered by Telkomsel BlackBerry®

19 May 2010

Usia

Beberapa hari yang lalu, aku mendapatkan berita tentang sepupuku, yang meninggal dunia pada usia yang masih terbilang cukup muda, yaitu 29 tahun. Kaget.....sudah pasti. Sedih....yaahh bisa dibilang sedih juga, karena ga nyangka aja secepat itu dia pergi. Meskipun bisa dikatakan, kami kurang terlalu dekat sebagai sesama sepupu. Kami bertemu, jika ada acara keluarga besar, seperti acara pernikahan atau lebaran. Itu saja hanya "say hello", tanya kabar, dan ngobrol sekedarnya bersama sepupu-sepupu yang lain juga. Terakhir kali aku bertemu dengan dia, kira2 kapan yah?? Oktober tahun lalu pas aku pulang ke Indonesia? atau lebih lama lagi? aku juga sudah lupa, kapan terakhir kali aku bertemu dia. Sepupuku itu termasuk anak yang pendiam, jadi aku juga bingung kalo pas ketemu mau ngobrol tentang apa :)
Tapi, meskipun aku jarang bertemu dan "ngobrol" panjang lebar dengan dia, berita tentang kepergiannya untuk selama-lamanya, membuat aku cukup terkejut dan tidak percaya. Secepat itukah? rasanya baru kemarin aku bertemu dia, melihat dia......rasa tidak percaya itu masih aku rasakan sampai detik ini. Umur.....memang tidak ada yang pernah tahu, umur.....tidak ada yang bisa meramalkan, kapan ajal itu datang menjemput kita, bisa secara tiba-tiba tanpa memberikan kesempatan kita untuk berpamitan dengan orang-orang yang kita sayangi dan cintai.
Usia muda atau usia tua......jika yang diatas berkehendak, maka tidak ada yang bisa mencegahnya. Ya Allah.......entahlah, apa yang bisa aku katakan. Kepergian sepupuku.....kembali membuatku termenung. Di dunia ini tidak ada yang abadi, tidak ada yang akan kita bawa ke alam sana, kecuali amal ibadah. Orangtua, anak, suami/istri, harta, teman.....semua akan ditinggalkan. Hanya sehelai kain kafan. Astagfirullahalazim....ya Allah...aku takut, aku merasa belum siap untuk menghadapi saat itu, dimana aku pergi untuk selama-lamanya. Meninggalkan suami dan anak-anakku. Ya Allah.....berilah aku waktu (jika aku boleh meminta), untuk menjaga anak-anakku hingga mereka dewasa dan menikah ya Allah...ya Allah...ya Allah....Engkau Maha Segalanya....Maha Penguasa isi dunia ini.
Selamat jalan sepupuku.....semoga Allah mengampuni segala dosa-dosamu, dan Allah menyiapkan tempat terindah di sisi Nya. Amin

Halle, 19 Mei 2010